Header Ads

Dihari yang Fitri, Sudahkah Bercermin pada Rumah Tangga Rasul?

ilustrasi



Sahabat, rumah tangga bahagia bukan berarti tanpa masalah. Bahkan rumah tangga Rasulullah saw tak luput dari masalah. Ada masalah nafkah, kecemburuan, sampai tuduhan selingkuh yang dialamatkan pada Aisyah. Namun, Rasul berhasil mengatasi masalah tersebut sehingga dengan bangga beliau mengatakan baiti jannati (rumahku adalah surgaku).



Bercermin pada cara Rasulullah saw dalam menyelesaikan masalah rumah tangga, Satria Hadi Lubis, MM, MBA, PhD. Cand, konsultan manajemen kehidupan, membagi kiat berikut.



           Memilah masalah.

Bila termasuk masalah besar, meliputi perkara tauhid (akidah) yang tak bisa diganggu gugat, harus disikapi dengan tegas. Misal, suami tidak shalat, istri meyakini semua agama benar, dan hal lain yang sifatnya prinsip (rukun) dalam Islam. Namun jika masalah kecil, sebaiknya mengalah.

Ketika mendapati tidak ada makanan di rumahnya, Rasulullah tidak marah dan memilih berpuasa. Sebaliknya, beliau bersikap tegas ingin menceraikan istri-istrinya jika mereka lebih memilih harta/cinta dunia, karena ini terkait dengan tauhid (mencintai Allah).

Dalam Islam, menikah itu dipermudah, bercerai dipersulit. Bercerai adalah pintu darurat jika menemui jalan buntu—tidak ada solusi, terkait tauhid. “Zaman sekarang terbalik, banyak rumah tangga yang tetap bertahan, walau tauhid dalam rumah tangga sudah runtuh. Dan banyak yang bercerai hanya karena hal sepele, seperti beda sifat, cinta yang berkurang, dan tidak cukup nafkah,” ujar Satria.

           Menahan amarah dan kata kasar yang menyakiti hati.

Dalam keadaan apa pun Rasulullah tidak pernah membentak istri, apalagi berkata kasar. Beliau paham, kata bisa lebih tajam daripada pedang. Perkataan kasar yang dilontarkan orang yang kita cintai lebih sulit sembuhnya. Lebih baik diam dan menenangkan diri, jika khawatir akan terucap kata-kata kasar saat menemui masalah rumah tangga.

           Mencari solusi yang memuaskan semua pihak.

Walau mungkin bukan yang terbaik, solusi yang memuaskan anggota keluarga perlu didahulukan selama hal itu tidak bertentangan dengan syariat. Bahkan Rasulullah membolehkan suami berbohong demi menyenangkan istrinya.

           Berdoa dan rajin ibadah.

Melalui doa dan ibadah, Allah memberikan hidayah untuk solusi terbaik dalam peliknya masalah rumah tangga.

Nur Fitriyani



Untuk meneladani Rasulullah saw dalam menyelesaikan masalah rumah tangga, Satria yang juga trainer di Management Lembaga Pengembangan Potensi Umat (LP2U) merangkumnya dalam prinsip SAKINAH.



S    =    Sibuknya menyelesaikan masalah besar (yakni tauhid), bukan sebaliknya.

A   =    Awalnya sangka baik dan kepercayaan

K   =    Keutamaannya disiplin tanpa disuruh

I    =    Interaksinya kelembutan yang menyenangkan

N   =    Nilai-nilainya memberdayakan, bukan menjatuhkan

A   =    Ambisinya masuk surga bersama-sama

H   =    Hatinya penuh cinta, walau ada kekurangan

 

Sumber: Majalah Ummi, Bahasan Utama 2 08-XXVIII Agustus 2016
Kabarkabari.id

No comments